Koridor Sanggala menghitung dampak pengurangan emisi berdasarkan kerangka metodologi VM0007 REDD+ Methodology Framework v.1.8, yang digunakan untuk menghitung pengurangan emisi dari deforestasi terencana yang dihindari dan VM0047 Afforestation, Reforestation, and Revegetation v.1.0, yang digunakan untuk memperkirakan penyerapan emisi dari kegiatan reforestasi hutan dan wanatani.
Konservasi
Area proyek konservasi meliputi 9.309 hektare berdasarkan batas rencana kerja usaha PT. CMI secara keseluruhan dan eligibity kriteria dari metodology VM0007.
Koridor Sanggala adalah rumah bagi 274 spesies fauna, termasuk 59 spesies terancam punah seperti Lutung, Trenggiling, dan Macan Dahan. Proyek ini juga fokus pada konservasi flora langka, seperti kayu ulin dan Tengkawang, yang memiliki potensi ekonomi tinggi. Proyek ini menjaga hutan agar tetap bisa menjadi ekosistem vital, seperti memberikan ketersediaan air bersih, penyaringan polusi, dan mencegah banjir dan erosi, serta menjadi sumber keanekaragaman hayati dan tanaman obat tradisional. Berbatasan dengan Cagar Alam Gunung Nyiut Penrissen, kawasan ini sangat penting untuk keseimbangan lingkungan.
Upaya konservasi yang dilakukan meliputi:

Patroli hutan untuk mencegah perambahan ilegal dan kebakaran hutan.

Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan melalui program edukasi dan pemberdayaan.

Pemantauan ekosistem menggunakan teknologi dan survei lapangan untuk mengukur keberlanjutan upaya konservasi.
Restorasi
Kami menerapkan pendekatan holistik dalam pemulihan ekosistem, yang mencakup rehabilitasi lahan, penghijauan, dan pemulihan keanekaragaman hayati. Program ini bertujuan untuk memperbaiki lahan yang telah terdegradasi akibat aktivitas manusia serta meningkatkan serapan karbon secara alami. Beberapa strategi utama dalam restorasi mencakup:

Penanaman kembali spesies asli untuk meningkatkan tutupan hutan dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Regenerasi alami dengan membiarkan ekosistem pulih secara mandiri, didukung oleh perlindungan kawasan dari gangguan eksternal.

Masyarakat lokal terlibat langsung dalam pengelolaan lahan secara berkelanjutan, menggabungkan pertanian dengan konservasi hutan.
Kami menerapkan metode agroforestri agar masyarakat tetap bisa bertani dan memperoleh pendapatan dari komoditas musiman. Pendekatan ini tidak hanya memulihkan ekosistem, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat sekitar.