FPIC Menjaga Hak Manusia dan Lingkungan dengan Transparansi
Berita

FPIC: Menjaga Hak Manusia dan Lingkungan dengan Transparansi

Pencapaian hak asasi manusia tidak akan lengkap tanpa transparansi dalam informasi yang diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan ini, CarbonX melalui Proyek Koridor Sanggala telah melaksanakan konsultasi FPIC (Free, Prior, and Informed Consent) atau Padiatapa (Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan).

FPIC adalah prinsip yang memastikan bahwa masyarakat, terutama masyarakat adat, diberi hak untuk mengetahui, memahami, dan menyetujui (atau menolak) sebuah proyek sebelum dilaksanakan di wilayah mereka. Konsep ini mengedepankan informasi yang jelas dan transparan, memberikan waktu bagi masyarakat untuk mempertimbangkan keputusan mereka, dan melindungi mereka dari tekanan pihak luar. FPIC mengakui hak masyarakat atas pengelolaan sumber daya alam dan penentuan nasib sendiri, yang diatur dalam berbagai instrumen internasional seperti Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat (UNDRIP), Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional 169 (ILO 169), Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD), Kerangka Sosial dan Lingkungan Bank Dunia, dan lainnya.

Untuk Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal, prinsip FPIC sudah menjadi bagian dari tradisi mereka dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan pihak luar. Oleh karena itu, dalam Proyek Koridor Sanggala, FPIC bukan hanya tentang memastikan legalitas, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling menghormati dan menghargai hak-hak mereka. Dengan langkah ini, CarbonX memastikan bahwa masyarakat yang terdampak proyek tidak hanya diberi informasi yang cukup, tetapi juga diberikan ruang untuk berpartisipasi dalam keputusan yang akan memengaruhi kehidupan mereka.

Sebelum melangkah lebih jauh, kami mengadakan Sosialisasi Rencana Kehutanan Multi-Guna dan Nilai Ekonomi Karbon pada April lalu, di mana pemimpin desa, tokoh masyarakat, serta perwakilan perempuan dan pemuda dari sepuluh desa di sekitar wilayah proyek hadir, termasuk Mawang Muda, Raut Muara, dan Nekan. Pemimpin adat dari berbagai suku Dayak, seperti Belangin, Golik, Keremai, Obi Nengeuh, Paus, dan Punti, juga ikut serta. Dalam sosialisasi tersebut, diskusi mendalam tentang konsep kehutanan multi-guna dan perdagangan karbon berlangsung, bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai proyek serta mengajak masyarakat untuk berkolaborasi menjaga kelestarian alam dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Konsultasi FPIC yang kami lakukan dari 15 Mei hingga Juni adalah langkah lanjutan untuk menjelaskan program agroforestri, salah satu kegiatan utama yang akan dilaksanakan di kawasan ini. Agroforestri, yang mengintegrasikan pohon dan tanaman pertanian, adalah solusi untuk meningkatkan produktivitas lahan, memulihkan lahan yang terdegradasi, serta menciptakan peluang ekonomi baru tanpa merusak lingkungan. Konsep ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekosistem.

Transparansi dan Kolaborasi: Pilar Utama Proyek Sanggala.

Sebagai bagian dari komitmen Proyek Koridor Sanggala, CarbonX mengutamakan transparansi dalam setiap langkahnya. Kami melibatkan berbagai pihak, terutama kelompok yang sering terpinggirkan, seperti pemimpin masyarakat adat, wanita, dan pemuda, dalam setiap proses pengambilan keputusan. Semua informasi terkait proyek, termasuk analisis sosial, ekonomi, dan keanekaragaman hayati, dibagikan secara terbuka kepada masyarakat, memastikan mereka memiliki akses penuh terhadap segala hal yang berkaitan dengan proyek ini.

Prinsip FPIC juga membawa banyak manfaat jangka panjang, baik bagi masyarakat maupun proyek itu sendiri. Dengan melibatkan masyarakat sejak awal, kami tidak hanya memastikan bahwa proyek ini sesuai dengan kebutuhan mereka, tetapi juga membangun kepercayaan yang sangat penting untuk keberlanjutan jangka panjang. Pemilihan lokasi untuk agroforestri, misalnya, didasarkan pada potensi alam serta kondisi sosial-ekonomi di sekitar masyarakat, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti keberadaan tegakan hutan, keanekaragaman hayati, dan budaya lokal. Survei lapangan yang lebih mendalam dilakukan untuk memahami kondisi aktual di lapangan dan mengidentifikasi peluang pengembangan lebih lanjut.

Proyek Koridor Sanggala, yang dikelola oleh CarbonX, adalah contoh bagaimana inisiatif bisnis dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan menerapkan prinsip FPIC dan konsultasi yang bermakna, proyek ini bertujuan untuk mengurangi ketidaksetaraan, serta memastikan distribusi manfaat yang adil bagi semua pihak, terutama hak-hak Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal yang menjadi bagian integral dari keberhasilan proyek ini.

Artikel Terkait

keyboard_arrow_up